Skip to main content

Blog entry by Hasan Basri

Bangun Rumah Pakai Gaji: Tanpa Bank, Tanpa Bunga.

Bangun Rumah Pakai Gaji: Tanpa Bank, Tanpa Bunga.

Saya pernah merasa putus asa melihat harga rumah yang terus melambung tinggi, sementara cicilan bank terasa mencekik leher. Namun, sebuah obrolan santai dengan seorang kawan lama mengubah pola pikir saya. Dia membuktikan bahwa punya hunian tidak harus dimulai dengan menandatangani kontrak utang puluhan tahun, melainkan dengan strategi "cicil mandiri" dalam bentuk material dan tenaga.

Hal pertama yang saya lakukan adalah menekan ego dan memilih konsep rumah tumbuh. Tidak perlu langsung jadi istana; saya mulai dengan bangunan minimalis yang hanya terdiri dari fungsi-fungsi dasar. Strategi ini sangat menyelamatkan napas keuangan saya. Begitu area utama bisa ditempati, biaya yang biasanya habis untuk bayar kontrakan bisa langsung dialihkan menjadi tabungan semen atau batu bata untuk pembangunan tahap berikutnya.

Dalam prosesnya, saya juga belajar menjadi sangat jeli dalam memilih struktur bangunan. Saya tidak ingin membangun sesuatu yang murah tapi cepat rusak. Saat itulah saya menyadari bahwa memahami keunggulan besi baja adalah kunci agar bangunan tetap kokoh meski dibangun secara bertahap. Material ini menjadi investasi jangka panjang karena ketahanannya terhadap cuaca dan kekuatannya yang stabil, sehingga saya tidak perlu khawatir soal biaya renovasi besar di masa depan.

Keberhasilan proyek pribadi ini juga sangat bergantung pada siapa yang bekerja di lapangan. Saya memilih bekerja sama dengan tukang lokal yang sistem pembayarannya lebih fleksibel. Dengan pengawasan sendiri setiap hari, saya bisa memastikan setiap rupiah yang keluar benar-benar menjadi tembok atau lantai, bukan terbuang karena kelalaian kerja. Komunikasi yang akrab dengan pekerja juga membuat suasana pembangunan jauh lebih kondusif dan efisien.

Bagi saya, sumber material tidak melulu harus dari toko besar. Saya sering blusukan ke gudang material sisa atau tempat lelang properti tua. Mendapatkan daun pintu jati tua atau keramik sisa proyek gedung dengan harga miring adalah kemenangan kecil yang sangat membantu memangkas anggaran. Dengan sedikit polesan, material-material tersebut justru memberikan sentuhan seni yang unik dan tidak pasaran pada rumah saya.

Segala jerih payah ini bermuara pada satu hal: kedisiplinan anggaran. Saya belajar untuk membedakan antara keinginan dan kebutuhan konstruksi. Memang ada masa-masa di mana pembangunan berhenti sementara karena tabungan sedang tipis, tapi itu jauh lebih baik daripada tidur tidak nyenyak karena dikejar tagihan bunga bank. Sekarang, rumah itu telah berdiri, dan setiap sudutnya adalah bukti bahwa kesabaran bisa membangun dinding yang lebih kuat daripada sekadar utang.


  • Share

Reviews